Meraih gelar doktor di usia 24 tahun, Handika Dany Rahmayanti meperoleh penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia sebagai Perempuan Peraih Gelar Doktor Fisika Termuda. Pemberian penghargaan Rekor MURI ini diserahkan oleh perwakilan MURI pada tanggal 30 Juni 2021 di Kantor MURI, Jakarta Mall of Indonesia LG Floor Kelapa Gading.
“Penghargaan ini saya maknai sebagai sarana untuk meningkatkan rasa syukur dan sarana untuk memotivasi diri agar di hari berikutnya bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya ketika diwawancarai.
Beliau lulus S1 di usia 20 tahun dan lulus S2 di usia 22 tahun yang kemudian langsung dilanjutkan kuliah S3. Untuk meraih gelar doktor, Handika menempuh pendidikan jenjang S3 di Institut Teknologi Bandung Jurusan Fisika dengan beasiswa Program Magister Doktor Sarjana Unggul (PMDSU Dikti) yang merupakan program untuk mewajibkan mahasiswanya menempuh magister dan doktor selama 4 tahun.
Baca Juga : Lomba Baca Puisi Nasional, Ifah Maulidah Juara Satu
“Kuncinya adalah belajar menyukai. Jika kita menyukai sesuatu, sesulit apa pun akan kita kerjakan. Karena sebenarnya, ketika belajar kita tidak hanya melibatkan logika saja, namun juga menggunakan emosi. Sehingga kita sendiri harus bisa mengoptimalkan emosi ketika belajar, agar belajar bisa menyenangkan dan tidak menjadi beban,” jelas Handika.
Di PoliMedia, Handika merupakan dosen yang mengajar beberapa mata kuliah, seperti Fisika, Pengujian Bahan dan Produk Kemasan, Statistika dan Matematika pada program studi Teknik Kemasan, Teknik Grafika, Teknologi Permainan dan Teknik Pemeliharaan Mesin. Dalam mengejar pendidikan sekaligus menjadi seorang dosen tentu memiliki tantangan tersendiri untuknya, salah satunya dalam hal membagi waktu antara jadwal bimbingan disertasi dan jadwal mengajar dikampus. Terlebih lokasi tempat ia mengajar dan menggali ilmu berada di kota yang berbeda, yakni Jakarta–Bandung.
Handika berpesan kepada mahasiswa agar selalu menikmati proses dan senantiasa bersyukur. Boleh mengeluh, tetapi jangan menyerah dan tetap semangat. Jangan pernah membandingkan diri dengan orang lain karena manusia hidup sesuai porsinya dengan tingkat kesulitan masing-masing pula.
Jurnalis: Nur Fitriani
Editor: Jesica Syaputri