Smallest Font Largest Font

Peringati Hari Perempuan Internasional, Massa Aksi Tuntut Keadilan terhadap Perempuan

Majalah Ketik (08/03/2023) – Memperingati Hari Perempuan Internasional, seruan aksi dilakukan oleh sejumlah aliansi komunitas dan organisasi untuk menuntuk keadilan terhadap perempuan. Aksi ini berlangsung sejak pukul 14.30 sampai 17.33 WIB di kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, pada Rabu, 8 Maret 2023.

Massa aksi terdiri atas Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (Kasbi), Greenpeace Indonesia, Perempuan Berkisah, Walhi, sejumlah mahasiswa, dan beberapa komunitas organisasi lainnya. Mereka berjalan menuju Istana Negara dengan melantangkan nyanyian sambil membawa atribut aksi seperti seperti bendera, poster, spanduk, dan instalasi berupa payung yang dilukis, serta instalasi lainnya.

Dalam perjalanan menuju  Istana Negara, peserta aksi tidak dapat melanjutkan perjalanan karena diblokade dan dijaga ketat oleh aparat kepolisian. Peserta aksi sempat bernegosiasi agar diizinkan melewati jalan yang diblokade tersebut. Namun, aparat kepolisian tetap dengan pendiriannya. Sehingga, peserta aksi hanya bisa berorasi di bawah Jembatan Penyeberangan Orang sekitar Jalan Veteran, Jakarta Pusat, depan jalan menuju Istana Negara.

Seruan yang dilantangkan dari aksi ini merupakan gugatan kepada pemerintah untuk mendapatkan keadilan, menuntut persamaan hak untuk seluruh kaum perempuan. Solidaritas perempuan membawa isu masyarakat yang menjadi korban perampasan lahan, masyarakat yang terdampak dari program pemerintah, kapitalisme yang kian merajalela, pelecehan seksual dan pemerkosaan, serta perempuan yang ditempatkan sebagai objek.

Peserta aksi menginginkan adanya sebuah perubahan yang sistematis. Bukan sekadar perubahan yang hanya berada dalam suatu wacana yang tidak terlalu berdampak. Mereka menginginkan supaya pemerintah pusat sampai ke tingkat daerah, bahkan tingkat desa untuk memiliki satu perubahan sistem yang berpihak terhadap perempuan. Salah seorang peserta aksi, Irene Kanalosari Ina, dari Nusa Tenggara Timur mengatakan,

“Perempuan di Nusa Tenggara Timur rentan terhadap human trafficking. Di tahun 2023, sudah mendekati 30 peti mayat yang dikirim pulang. Kebanyakan adalah perempuan. Kami berharap supaya ada regulasi yang bisa menekan. Korban human trafficking dijanjikan menjadi TKI atau TKW akibat dari kemiskinan dan budaya patriarki yang mengakar di NTT. Kami juga menyoroti program pemerintah yang melakukan pembangunan bendungan yang membuat masyarakat serta perempuan adat sengsara. Hal ini sangat mengancam mereka di tanah mereka sendiri.”

 Tuntutan lainnya adalah tidak lagi menciptakan undang-undang ataupun kebijakan yang hanya menguntungkan penguasa dan pengusaha, ataupun kapitalis. Menempatkan perempuan pada posisi yang saat ini rentan agar ada perubahan sistem yang menyeluruh, ramah kepada perempuan, dan menempatkan perempuan sebagai subjek yang harus diperhitungkan.

Teks : Alma’arief Assajjad Syamsoeddin

Editor : Eric Wirayudha


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts