Peringatan Pendidikan Nasional jatuh pada tanggal 2 Mei bertepatan dengan tanggal lahir bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Berbagai institusi pendidikan memiliki cara masing-masing untuk memperingatinya, namun rata-rata dengan melaksanakan upacara. Berbeda dengan ratusan mahasiswa yang unjuk aksi di depan gedung Kemenristek dikti kemarin, Selasa 2 Mei 2016. Mahasiswa yang turun ke jalan membawa nama almamater dari perguruan tinggi masing-masing, yaitu UNJ, UI, PNJ, IPB, POLIMEDIA, STT PLN, POLTEK AKA, STT NF, STEI SEBI, STKIP SURYA, UMT, YARSI, dan presma UNS.
Pukul 13.00 WIB, ratusan mahasiswa berkumpul di depan gedung Kemendikbud dan membuat pola lingkaran yang saling berpegang erat antara satu sama lain. Mereka melakukan longmars menuju ke gedung Kemenristekdikti dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan penuh semangat dan lantang. Penjagaan dari pihak kepolisian membuat sekumpulan mahasiswa tertahan di luar gerbang gedung Kemenristekdikti. “Kami sudah siap apabila mahasiswa melakukan tindakan anarkis” ujar Brigadir Tovik saat diwawancarai.
Mahasiswa memberikan aspirasi kepada MENRISTEKDIKTI tentang carut-marut pendidikan di Indonesia. Mereka merasa bahwa pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya milik rakyat. “Pendidikan di Indonesia itu masih bobrok, kita berharap pemerintah bisa menyamaratakan pendidikan di Indonesia” ungkap Danny Lukito (BEM PoliMedia). Tujuan dari unjuk aksi ini adalah menuntut pendidikan yang lebih baik. Rakyat Indonesia masih banyak yang tertekan dengan biaya kuliah yang tinggi. UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang sudah ditetapkan sesuai penghasilan orangtua pun belum menjadi jawaban yang baik untuk rakyat miskin yang ingin berkuliah. Tak hanya itu, beasiswa yang sulit didapatkan karena terlalu banyak peraturan dan syarat membuat sebagian mereka memilih mundur untuk bersekolah.
Sekitar pukul 14.00 WIB perwakilan dari tiap kampus mengadakan diskusi tentang permasalahan pendidikan di perguruan Tinggi dengan pihak Kemenristekdikti. Diskusi tidak menemukan titik terang Karena perwakilan dari tiap mahasiswa itu ingin bertemu dengan bapak Menteri, yaitu M. Nasir yang kebetulan sedang bertugas di luar. Pukul 15.30 WIB Direktur Jendral menemui mahasiswa dan menjelaskan hasil diskusi. Bapak Direktur Jendral Intan Ahmad mengucapkan permohonan maaf karena Menteri yang tidak hadir saat itu. Beliau berjanji bahwa semua permohonan dan pendapat dari mahasiswa akan dikonfirmasi selambat-lambatnya hari Rabu, 4 Mei 2016.
Tak sedikit mahasiswa yang kecewa karena ketidakhadiran menteri, namun hal itu tak membuat mereka melakukan tindak anarkis. Dan apabila pada waktu yang telah ditentukan menteri tidak kunjung memberikan tanggapan apapun, mereka akan turun lagi ke jalan untuk melakukan unjuk rasa.
Penulis : Vika Widya Alfianti
Foto : Ronny
Editor : Muhammad Syahid