JAKARTA, majalahketik.com – Stoikisme berasal dari bahasa Yunani “stoikos” atau stoa, yang merujuk pada Stoa Poikile, sebuah “sekolah filsafat” di Athena, Yunani, tempat Zeno, filsuf terkemuka dari Citium memberikan pengaruh besar bagi peradaban sekitar tahun 301 SM. Penggunaan istilah “stoik” lebih merujuk pada bundaran tiang penopang yang mendukung teras tempat Zeno mengadakan diskusi dan pengajaran.
Dalam hidup, tentunya tidak semua hal berjalan sesuai apa yang kita inginkan. Secara fitrah, semua manusia di muka bumi ini pasti menginginkan kebahagiaan namun, hidup tidak selalu berjalan mulus . Terkadang kita juga diterpa dengan hal-hal atau situasi tidak terduga yang membuat kita cemas, sedih, hingga stres. Hal ini karena akan selalu ada hal-hal yang tidak bisa kita ubah, yaitu hal-hal di luar kendali kita.
Oleh karena itu, stoikisme hadir sebagai filosofi yang mengajarkan manusia untuk mengendalikan emosinya agar dapat bersyukur atas apa yang terjadi. Dalam aliran stoikisme ditekankan prinsip bahwa manusia merupakan makhluk yang mudah dipengaruhi emosi. Akibatnya, manusia sering melupakan hal positif yang diterimanya.
Prinsip-Prinsip Stoikisme
Sobat Ketik! Ada beberapa prinsip utama dalam Stoikisme yang bisa kamu pelajari, di antaranya:
- Hidup Selaras dengan Alam
Penganut aliran ini meyakini bahwa alam semesta bersifat rasional.
Zeno percaya bahwa setiap manusia memiliki daimon yang menghubungkannya dengan alam semesta. Mereka yang menjaga harmoni dengan alam akan mengalami kebahagiaan, demikian pula sebaliknya.
- Kebahagiaan dari Kebaikan
Penganut stoikisme percaya bahwa kebahagiaan bisa diperoleh dengan mengejar kebaikan, bukan dari kepemilikan atas benda-benda.
Kebaikan dalam paham stoikisme terdiri atas empat bagian, yaitu kebijaksanaan, pengendalian diri, keadilan, dan keberanian.
- Mengendalikan Pikiran, Bukan Peristiwa Eksternal
Ketika kamu melihat suatu peristiwa eksternal dengan cara pandang yang tepat, kamu akan merasa lebih mantap dalam menjalani hidup. Banyak hal yang terjadi, sering kali berada di luar kontrol dan bukan tergantung pada diri kamu sendiri, lho!
- Memiliki Sumber Daya Batin untuk Berkembang
Penganut stoikisme percaya bahwa setiap orang memiliki sumber daya batin yang dibutuhkan untuk berkembang. Dengan sumber daya tersebut, penganut stoikisme dapat menghilangkan emosi negatif dan menggantikannya dengan emosi yang positif.
- Tidak Mengeluh dan Menyalahkan Orang Lain
Kamu bertanggung jawab atas apa yang terjadi karena percaya pada rasionalitas diri yang harmonis. Ini berarti sesuatu yang buruk terjadi karena pilihan dan tindakanmu sendiri.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, kamu tidak hanya bisa membuat hidupmu menjadi lebih bahagia dan tenang, lho Sobat Ketik! Tetapi, juga dapat mendapatkan berbagai manfaat positif, seperti:
- Membuat kamu lebih mudah untuk mensyukuri kehidupan.
- Melatih kamu untuk mengontrol emosi yang kamu rasakan, sehingga tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.
- Bersikap lebih realistis terhadap apa yang terjadi dan tidak terbawa emosi.
- Tidak mudah menyalahkan orang lain atas peristiwa-peristiwa buruk.
Dengan memahami dan menerapkan filosofi ini dalam kehidupan juga bisa membuat kamu jadi lebih mencintai diri dengan menerima segala hal yang telah ditakdirkan untuk kamu, Sobat Ketik!
Referensi:
Sumber (artikel) Yogie Pranowo. (2023). “Apa itu stoikisme? Mengenal aliran filsafat pengendali diri dan pencegah depresi”. Diakses pada 8 Februari 2025 dari https://theconversation.com/apa-itu-stoikisme-mengenal-aliran-filsafat-pengendali-diri-dan-pencegah-depresi-214490
Sumber (artikel) Noice. (2023). “Apa Itu Stoikisme dan Pengaruhnya bagi Kehidupan”. Diakses pada 8 Februari 2025 dari https://www.noice.id/info-terbaru/apa-itu-stoikisme-definisi-manfaat-pemahaman-prinsip/
Sumber (artikel) Rima Sukmawati. (2024). “Resep Hidup Tenang Ala Filosofi Stoikisme”. Diakses pada 8 Februari 2025 dari https://kanal.psikologi.ugm.ac.id/resep-hidup-tenang-ala-filosofi-stoikisme/
Teks: Zalfa Rihhadatul Aisy
Editor: Fhadel Izza Mahendra