Listen

Ramah Disleksia

A

A

Nama Medpart

Paus Fransiskus Tutup Usia, Pesan Paskah jadi Salam Perpisahan Terakhir

g vaticannews

JAKARTA, majalahketik.com – Pemimpin Gereja Katolik Dunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, meninggal dunia pada Senin pagi (21/4) pada usia 88 tahun. Kabar duka ini diumumkan langsung oleh Kardinal Kevin Farrel, Camerlengo Kamar Apostolik melalui siaran langsung media Vatikan pada pukul 09.45 pagi.

“Saudara-saudari terkasih, dengan kesedihan mendalam saya harus mengumumkan meninggalnya Bapa Suci kita Paus Fransiskus. Pagi ini pukul 07.35, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,”

Kardinal Kevin Farrell.

Sebelumnya Paus Fransiskus dirawat di Rumah Sakit Agostino Gemelli selama 38 hari sejak 14 Februari lalu. Paus menderita penyakit pneumonia ganda di kedua paru-parunya. Penyakit ini merupakan penyakit yang menyerang paru-paru dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan serius. Selama dirawat kondisi Kesehatan Paus terus memburuk sepanjang waktu. Setelah 38 hari dirawat, ia kembali ke kediamannya di Vatikan di Casa Santa Marta untuk melanjutkan pemulihannya.

Meski dalam kondisi lemah, sehari sebelum kepergiannya Paus Fransiskus memimpin Perayaan Minggu Paskah dan tampil menyapa umat dari Lapangan Santo Petrus pada Minggu (20/4) lalu. Perayaan itu menjadi momen terakhir sang Paus tampil dan menyapa umat Katolik. Bahkan Paus Fransiskus juga menyempatkan diri berkeliling menyapa sekitar 35.000 umat yang hadir di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Roma, Italia.

Pada penampilan publik terakhirnya, Paus menyampaikan khotbah Urbi et Orbi, sebuah pesan menyerukan perdamaian dan kemanusiaan di muka bumi. Dalam khotbah tersebut, Paus kembali menyerukan perdamaian dan mendesak para pemimpin dunia untuk meletakkan senjata serta mengedepankan dialog.

Pada pesan terakhirnya yang dibacakan oleh ajudan, Paus menyerukan agar banyak perang di berbagai belahan dunia berakhir. 

“Di hadapan kekejaman konflik yang melibatkan warga sipil tak bersenjata dan penyerangan sekolah, rumah sakit, dan petugas kemanusiaan, kita tidak boleh lupa bahwa mereka bukan target serangan, tetapi manusia yang masing-masing memiliki jiwa dan martabat,”

Paus dalam khotbahnya.


Paus menyerukan untuk diakhirinya perang Ukraina hingga Gaza, dan juga menyinggung rakyat di Myanmar. Paus menyampaikan rasa prihatin terhadap Timur Tengah. Paus turut menyebut Gaza sebagai tempat konflik yang mengerikan yang menyebabkan kematian dan kehancuran.

“Saya mohon sekali lagi, untuk segera dilakukan gencatan senjata di Jalur Gaza, pembebasan para sandera dan akses terhadap bantuan kemanusiaan,” tambahnya.

Selain Gaza, Paus Fransiskus berdoa pula untuk komunitas Kristen di Lebanon dan Suriah, yang sedang mengalami kesulitan. Paus mendesak seluruh Gereja untuk senantiasa mendoakan umat Kristen di Timur Tengah. 

Paus Fransiskus juga menyebut Yaman yang disebut mengalami salah satu krisis kemanusiaan paling serius dan berkepanjangan di dunia karena perang. Paus kembali mendesak semua pihak yang terlibat untuk menemukan solusi melalui dialog yang konstruktif.

Di Ukraina, Paus Fransiskus menyerukan agar perang segera dihentikan. Paus juga berharap perdamaian antara Armenia dan Azerbaijan bisa segera tercapai dan wilayah tersebut kembali pulih.

Paus turut menyinggung konflik bersenjata di Republik Demokratik Kongo, Sudan, Sudan Selatan, serta wilayah Sahel, Tanduk Afrika, dan Great Lakes. Ia mengecam kekerasan terhadap warga sipil, serangan ke sekolah, rumah sakit, dan petugas kemanusiaan.

Myanmar juga menjadi perhatian Paus. Ia menyampaikan belasungkawa atas banyaknya korban jiwa dan penderitaan rakyat. Meski begitu, ia menyambut baik adanya gencatan senjata yang diumumkan, menyebutnya sebagai harapan bagi masa depan negara tersebut.

Prosesi Pemakaman dan Penghormatan

Setelah wafatnya Paus Fransiskus, Vatikan mengumumkan bahwa jenazah akan disemayamkan di Basilika Santo Petrus di Vatican City untuk memberikan kesempatan kepada umat Katolik memberikan penghormatan terakhir. Selama masa berkabung yang dikenal sebagai Novendialis, misa akan digelar setiap hari di basilika tersebut.

Namun, sesuai dengan wasiat pribadi yang disampaikan pada Desember 2023 lalu, Paus Fransiskus meminta untuk dimakamkan di luar Vatikan, tepatnya di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma. Beliau merasakan “hubungan yang sangat kuat” dengan basilika tersebut, sering mengunjungi tempat itu pada Minggu pagi untuk menghormati Perawan Maria, serta berdoa di sana sebelum dan sesudah setiap perjalanan luar negerinya.

Paus Fransiskus juga menginginkan prosesi pemakaman yang sederhana, dengan menggunakan satu peti jenazah yang terbuat dari kayu sederhana berlapis seng, berbeda dari tradisi tiga peti yang biasanya digunakan dalam pemakaman Paus.

Dengan demikian, Paus Fransiskus menjadi Paus pertama dalam lebih dari satu abad terakhir yang dimakamkan di luar Vatikan, mengikuti jejak Paus Leo XIII yang wafat pada tahun 1903.

Referensi:

  1. (artikel) https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250421153956-134-1220868/pernyataan-lengkap-vatikan-soal-paus-fransiskus-meninggal-dunia diakses pada 21 April 2025
  2. (artikel) https://www.tempo.co/internasional/pesan-terakhir-paus-fransiskus-sebelum-wafat-ada-soal-gaza-1233909 diakses pada 21 April 2025

Teks: Nasywa Davina Salsabila kasri

Editor: Muhammad Rafly Irsy

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts