Bertanggung jawab dan konsisten, itulah prinsip yang selalu diteguhkan oleh Farrel Juanito, mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Negeri Media Kreatif Jakarta periode 2021/2022. Berpasangan dengan Rachma Alya, ia terpilih secara demokratis melalui pemilihan mahasiswa raya (pemira) dengan total 1224 suara.
Farrel mengatakan arti BEM untuk dirinya, “Sebenarnya, sebuah kebanggaan dan rasa syukur bisa menjadi seorang presiden mahasiswa. Sangat berarti karena BEM enggak hanya sekedar nama dan jabatan, tapi tanggung jawab dan belajar merendahkan ego dan hati untuk ikhlas mengurus sebuah kampus,” jelasnya.
Setelah menjabat sebagai ketua BEM, Farrel kini mengisi kegiatannya dengan magang dan juga freelance sambil menunggu pelantikan organisasi mahasiswa (ormawa) periode berikutnya. Farrel mengatakan bahwa keputusannya untuk menjadi ketua BEM datang dari dukungan teman-teman dan seluruh mahasiswa angkatannya yang memercayai dirinya untuk memimpin.
Baca Juga : Serah Terima Jabatan, PoliMedia Sambut Direktur Baru
Bagi mahasiswa program studi Periklanan 2019 ini, menjadi ketua BEM tentulah tidak mudah. Namun, berkat pengalamannya sebagai wakil ketua organisasi siswa (OSIS) saat SMK, serta adanya rasa ingin belajar bertanggung jawab dan menimbang keputusan-keputusan yang berisiko, ia mendapatkan banyak pembelajaran diri untuk terus menjadi lebih baik lagi.
Hal itu terbukti dengan mampunya ia menunjukkan banyak hasil cemerlang atas kinerja yang telah dilakukan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk BEM. Farrel mampu menjaga stabilitas nilai IPS (Indeks Prestasi Semester) di 3.60. Hal ini membuktikkan bahwa berkegiatan di luar kampus dan berorganisasi bukan alasan untuk bermalas-malasan dalam akademik, tetapi justru dijadikan sebagai pelengkap prestasi.
Saat dilantik menjadi ketua BEM pada 23 April 2021, Farrel mengatakan bahwa hal yang perlu dibereskan saat kepemimpinannya ialah Uang Kuliah Tunggal (UKT) mahasiswa baru yang selalu berpolemik tiap tahunnya, entah pengurangan, kenaikan, ataupun yang lainnya. Solusi dari BEM ialah melakukan sosialisasi seperti Bidikmisi, Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU), dan bentuk beasiswa lainnya. Sehingga ketika ada mahasiswa yang terkendala di tengah semester, mereka dapat terbantu dengan adanya solusi tersebut.
Menurut Farrel, pengoptimalan Bidikmisi dan UKT sudah tercapai walaupun dengan catatan evaluasi, yaitu terkadang masih kurang meratanya informasi yang diterima. Selain itu, BEM periode 2021/2022 telah berhasil merealisasikan banyak pencicilan serta pemotongan biaya UKT menjadi Rp2.400.000 untuk semester enam.
Selama menjabat, banyak aksi dan isu-isu menarik yang telah Farrel lalui. Salah satunya yang paling membekas di ingatannya adalah saat aksi tuntutan aspirasi terkait pemberhentian 57 pegawai KPK karena tak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) untuk alih status menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Setelah aksi tersebut, Farrel sempat dicari polisi selama dua minggu sampai terancam cuti hingga drop out.
Hal tersebut kini menjadi kumpulan suka dan duka Farrel. Pun sampai detik ini, ia sangat bangga dapat dipilih sebagai ketua BEM oleh kampus tercinta dan para mahasiswa yang memercayainya. Menurut Farrel, momen terbaiknya ialah ketika seluruh program kerja dan agenda BEM periode 2021/2022 dapat terlaksana. “Suatu kebanggaan karena bisa konsisten dan bertanggung jawab. Yang kedua, akhirnya BEM bisa memiliki label program podcast tiap prodi, yaitu Podcast Serasi, yang bisa ditinggalkan untuk angkatan selanjutnya di masa depan.”
Ia berharap untuk ketua BEM selanjutnya dapat membawa Polimedia lebih baik lagi, mulai dari segi sarana, prasarana, sampai dengan segala kebijakan. Terakhir, Farrel berharap bahwa BEM tidak hanya menjadi wadah aspirasi, tetapi juga harus cepat dalam mengeksekusi dan melakukan pelayanan untuk hasil yang lebih maksimal.
Teks: Lulu Sofiannisa
Editor: Nurlaeli Aida & Hania Latifa
Foto: Farrel Juanito
