JAKARTA, majalahketik.com – Pada Kamis 8 Mei 2025, Politeknik Negeri Media Kreatif (PoliMedia) resmi mengukuhkan Prof. Dr. Drs. Purnomo Ananto, MM. sebagai Guru Besar dalam bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengukuhan ini menjadi catatan sejarah bagi Polimedia karena untuk pertama kalinya institusi tersebut memiliki seorang Guru Besar
Pengukuhan Prof. Purnomo Ananto sebagai Guru Besar tersebut dilakukan dalam Sidang Terbuka Senat yang dipimpin oleh Direktur Polimedia, Tipri Rose Kartika, di kampus PoliMedia, Jakarta, pada tanggal 8 Mei 2025.
Direktur Polimedia, Dr Tipri Rose Kartika M.M, mengungkapkan bahwa Purnomo merupakan Guru Besar pertama sejak PoliMedia berdiri pada tahun 2008.
”Prof Purnomo Ananto adalah guru besar pertama yang kami miliki, bukan hanya di jurusan komunikasi, melainkan di Polimedia sejak berdiri pada 2008. Bidang kepakarannya adalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,” kata Direktur Polimedia Tipri Rose Kartika.
”Saat ini berkomunikasi di ruang digital bisa sangat bebas, tetapi tetap harus ada etikanya. Norma dan nilai yang sejalan dengan Pancasila tidak boleh hilang dari jati diri kita,” jelasnya.
Tipri berharap pengukuhan guru besar tersebut menjadi momentum bagi civitas akademika untuk terus berkarya melalui tridarma perguruan tinggi. Bukan cuma menjadi dosen yang bekerja keras dan menghasilkan karya berkualitas, melainkan juga menjaga integritas.
Guru Besar Pertama
Prof. Dr. Purnomo Ananto, M.M., sebagai Guru Besar dalam bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pengukuhan ini menandai tonggak sejarah bagi Polimedia, yang sejak berdiri pada 2008, kini memiliki Guru Besar pertama di PoliMedia.
Prof. Purnomo, yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Polimedia, dikenal sebagai sosok yang berkomitmen dalam pengembangan pendidikan vokasi berbasis industri kreatif. Di bawah kepemimpinannya, Polimedia berhasil memperoleh akreditasi “Baik Sekali” dari BAN-PT dan mencatatkan tingkat penyerapan lulusan ke dunia industri sebesar 81,6 persen.
Pengukuhan ini diharapkan dapat memperkuat peran Polimedia dalam mencetak lulusan yang tidak hanya kreatif dan inovatif, tetapi juga berkarakter dan berjiwa nasionalis, sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Purnomo Ananto menyampaikan bahwa penelitiannya bertujuan untuk menunjukkan tingginya kesadaran serta sikap positif guru dan siswa terhadap kewarganegaraan digital. Ia menegaskan pentingnya penerapan etika dan semangat nasionalisme sebagai fondasi dalam membentuk budaya digital yang sehat.
“Meski kemajuan teknologi telah mendorong terbentuknya komunitas global, perhatian terhadap kesiapan guru dan siswa dalam mengadopsi konsep kewarganegaraan digital di Indonesia masih sangat minim dalam literatur pendidikan,” ujar Prof. Purnomo.
Prof. Purnomo Ananto menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (saat ini Univeritas Negeri Jakarta) pada 1980. Kemudian dia melanjutkan jenjang magister Bidang Manajemen (Sumber Daya Manusia) di STIE IPWIJA pada 1996 dan tahun 2014 menyelesaikan gelar doktor di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Selama kiprahnya di dunia pendidikan, Prof. Purnomo Ananto menjabat sebagai Direktur Polimedia periode 2018-2022. Selain aktif sebagai dosen, pria kelahiran 1960 ini bergabung di Asosiasi Profesi Dosen Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sejak tahun 2012.
Dengan mengusung judul “Studi Persepsi Guru dan Siswa di Indonesia terhadap Kewarganegaraan Digital,” Prof. Purnomo mempresentasikan hasil penelitiannya yang mengungkapkan bahwa baik guru maupun siswa di Indonesia memiliki tingkat kewarganegaraan digital yang tinggi dan memiliki pandangan positif terhadap konsep ini.
“Penelitian ini menunjukkan bahwa baik guru maupun siswa memiliki tingkat kewarganegaraan digital yang baik dan melihatnya secara positif,” ujar Prof. Purnomo dalam orasi pengukuhan Guru Besarnya.
“Namun, meskipun mereka merasa bahwa internet membantu memperluas pemahaman mereka mengenai isu politik dan sosial, aktivitas politik daring yang mereka lakukan masih relatif sedikit,” tambahnya.
Di akhir orasi pengukuhannya, Prof. Dr. Purnomo Ananto, MM., menjelaskan bahwa analisis Rasch DIF menunjukkan bahwa kesadaran dan persepsi mengenai kewarganegaraan digital antara guru dan siswa di Indonesia secara statistik memiliki kesamaan. Ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki pemahaman yang serupa tentang pentingnya kesadaran digital.
Namun, temuan juga mengungkapkan adanya perbedaan dalam tingkat partisipasi politik daring berdasarkan usia, meskipun guru dan siswa merasa internet membantu mereka memahami isu politik dan sosial.
Meskipun demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kewarganegaraan digital guru dan siswa secara keseluruhan cukup setara. Namun, perbedaan kesadaran tentang kewarganegaraan digital antara sekolah kejuruan dan non-kejuruan mencerminkan adanya kesenjangan dalam pengajaran kewarganegaraan digital di kedua jenis sekolah tersebut.
Walaupun Kurikulum 2013 sudah mencakup materi yang serupa, Prof. Purnomo menekankan bahwa perancangan ulang kurikulum sekolah sangat diperlukan untuk mengatasi kesenjangan ini dan memastikan pengajaran kewarganegaraan digital yang merata di semua jenis sekolah.
Reporter: Falza Azahra
Redaktur: Okky Tri Nugroho