Surat Rupa adalah pameran dwitahunan Himpunan Mahasiswa Desain Grafis PoliMedia. Surat Rupa tahun ini mengusung tema “Des’as-Des’us” yang memiliki makna percakapan orang banyak padahal belum tentu benar dan tidak diketahui sumbernya, hal ini merujuk kepada persepsi masyarakat terhadap Desain Grafis itu sendiri, bahwa selama ini hal yang beredar tentang Desain Grafis di masyarakat belum sepenuhnya benar, maka dari itu pameran ini ingin menyampaikan dan memaparkan gambaran bagaimana Desain Grafis yang sebenarnya.
D’klakon yang berlokasi di Jalan Tole Iskandar menjadi opsi yang dipilih mahasiswa Desain Grafis dalam menunjukan pamerannya. Lokasi yang mendukung serta bentuk bangunan yang sesuai dengan tema yang diangkat, menjadi alasan D’klakon dipilih menjadi tuan rumah Surat Rupa 4. Acara ini berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 2 sampai 4 Februari.
Acara ini terbuka untuk publik dan menggunakan lantai tiga sebagai ruangan utama pameran yang dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona zaman, zona masyarakat atau kreatif, dan zona industri. Nama-nama zona tersebut mewakili isi dari karya yang ada di setiap zona. Tidak hanya melihat-lihat karya, di sini pameris juga diberi kesempatan untuk menggambar di kaca yang telah disediakan, serta menulis sesuai suasana hati di stickynotes yang disediakan panitia. Sehingga tidak hanya bernilai edukatif namun juga rekreatif bagi para pengunjung. Lantai satu selain digunakan untuk registrasi sobat Ketik juga dapat membeli merchandise yang menarik.
“Sebenarnya sumbernya itu enggak dibatasin dari semester berapa dan dari prodi apa. Kita memang membuka untuk semuanya, baik itu untuk prodi lain bahkan kampus lain”.
Ungkap Sakti selaku ketua pelaksana Surat Rupa 4.
Karya yang bisa ditampilkan tidak serta merta hanya dari prodi Desain Grafis saja, namun terbuka untuk publik. Salah satu contoh karya berjudul “ Mengenal Bapak Seni Kolase, Richard Hamilton” dari mahasiswa Desain Grafis, Sidik Rahmat. “Dari gambarnya sudah terpampang jelas, Richard Hamilton yang pertama kali mencetuskan kolase. Ini terbelah menjadi dua dan dibuat kolase dengan cirinya dia.
Ada juga mesin cetak, karena pada zaman itu masih menggunakan cetak dan belum menggunakan software apapun jadi dikolase disambung-sambungin seperti itu dan ada otak, Otak itu seperti lambang imajinasi dari seorang Richard Hamilton tersebut dengan patung-patung zaman Yunani kuno yang merujuk ke perkembangan zaman Desain Grafisnya.” Kata Sidik selaku pembuat karya “ Mengenal Bapak Seni Kolase, Richard Hamilton” .
Teks: Abi Rama Wicaksono
Editor: Fathin Hilmi Muyassar
Fotografer & Foto Editor: Ryan Nugroho