JAKARTA, majalahketik.com – Jumat (8/3/2024) telah terjadi aksi unjuk rasa di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat. Unjuk rasa ini dimotori oleh gabungan Aliansi Perempuan Indonesia, Lembaga Bantuan Hukum dan juga perwakilan dari elemen buruh, aksi ini dilakukan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional. Aksi ini bertemakan “Jaga Demokrasi, Lawan Impunitas, Lindungi Hak-Hak Perempuan.” Dalam unjuk rasa ini, para demonstran menyuarakan tuntutan-tuntutan mereka, seperti: Tegakkan demokrasi dan supremasi hukum, Wujudkan kebijakan yang mendukung penghapusan kekerasan dan melindungi perempuan, dan Tuntaskan berbagai kasus pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) berat masa lalu dan berbagai pelanggaran ini secara berkeadilan dan berpusat pada pemenuhan, serta pemulihan pada hak-hak korban. Para demonstran yang dominan perempuan ini juga menyoroti pemilihan umum (PEMILU) yang dianggap menihilkan keterwakilan perempuan dalam politik. Hal ini dibuktikan dengan 17 partai politik yang gagal memenuhi syarat 30 persen keterwakilan perempuan dalam proses pencalonan. Padahal, persyaratan tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Aksi dimulai pada pukul 07.00 WIB di samping gedung Bawaslu, Jakarta pusat, kemudian massa melakukan long march menuju Monumen Nasional sambil berorasi dan juga menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Awalnya aksi long march ini bertujuan akhir Istana Kepresidenan, tetapi aparat keamanan memblokade Jalan Medan Merdeka Barat ke arah Istana, sehingga massa akhirnya berkumpul di dekat Patung Kuda. Dalam aksi ini hadir pula beberapa organisasi, seperti Kajian Gender Universitas Indonesia, Konde.co, Perhimpunan Jiwa Sehat, hadir pula perwakilan masyarakat dari Kampung Bayam, Jakarta Utara.
Redaksi Majalah Ketik berkesempatan untuk mewawancarai Maria Catarina Sumarsih, salah satu orang tua yang anaknya menjadi korban dari kejadian Tragedi Semanggi 1 dan juga salah satu pelopor dari aksi kamisan. Sumarsih mengatakan masyarakat harus bergerak bersama-sama untuk memperjuangkan demokrasi dan juga hak-hak perempuan.
“Harapannya, kegiatan hari ini tidak hanya berhenti di sini tapi terus dilaksanakan secara berkelanjutan,”
Ujar Sumarsih terkait harapannya pada aksi ini.
Salah satu perempuan dari lembaga media Marsinah.id, Tri Ombun Sitorus, juga menyuarakan pendapatnya pada aksi hari ini. “Semua elemen terutama dari pemegang kekuaasaan harusnya berpihak kepada perempuan dan juga keadilan,” Ujar Tri Ombun Sitorus. Tri Ombun Sitorus juga menaruh harapan kepada perempuan-perempuan Indonesia untuk ikut serta masuk ke dalam politik, karena baginya Ketua DPR RI saat ini yang diwakili oleh golongan perempuan, tidak cukup kuat untuk mewujudkan aturan pelaksana pendukung implementasi Undang-Undang Tindak Pidaka Kekerasan Seksual (UU TPKS). Ia juga menyoroti Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga yang belum disahkan.
Teks: Sabda Maulana
Editor: Muhammad Thariq Athalah