JAKARTA, majalahketik.com – Pada Jum’at, 19 Juli 2024 telah diselenggarakan acara Rembuk Pendidikan Vokasi. Acara yang berlokasi di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta ini bertujuan sebagai tonggak penting transformasi pendidikan vokasi dan pelatihan di Indonesia. Mengusung tema “Skills Indonesia 2045” acara yang berlangsung dari pukul 14.00 WIB – 18.00 WIB ini membahas beragam transisi yang harus dihadapi oleh pendidikan vokasi.
Acara ini juga diramaikan oleh berbagai macam booth dari masing-masing instansi dan perusahaan.
Kiki Yuliati selaku Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam pidatonya menyampaikan 4 hal tantangan perubahan struktural yang sedang terjadi di masyarakat yang mengubah kebutuhan keterampilan di dunia kerja.
Baca Juga: SPARTA 2024 : Pamerkan Lebih Dari 20 Tugas Akhir Mahasiswa Penyiaran
Tantangan pertama adalah transisi digital. Perubahan ini setidaknya diprediksi akan menghilangkan 23 juta lapangan pekerjaan karena digantikan oleh robot. Namun, pada waktu bersamaan akan menciptakan lapangan kerja lain.
“Pada periode yang sama, diperkirakan antara 24 sampai 46 juta lapangan kerja baru akan tercipta akibat kemajuan teknologi digital, di mana 10 juta di antaranya berasal dari jenis okupasi baru yang belum pernah ada sebelumnya”
pungkas Kiki dalam pidatonya.
Tantangan selanjutnya adalah transisi masyarakat yang beralih dari pola konsumsi dan produksi kearah yang lebih ramah lingkungan. Kesadaran akan produk, jasa, layanan dan berbagai hal yang lebih ramah lingkungan mendorong terciptanya produksi – produksi dan layanan – layanan yang lebih ramah lingkungan atau biasa disebut dengan green ekonomi.
Secara global, jumlah lowongan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan dan berwawasan ramah lingkungan akan tumbuh sebesar 22.4%. Untuk itu dibutuhkan peningkatan penguasan dan pemahaman terkait ekonomi hijau diantara masyarakat.
Tantangan ketiga adalah transisi demografi. Generasi usia produktif akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Namun, pada saat yang sama, jumlah usia penduduk berusia lanjut meningkat. Maka dari itu, kebutuhan akan up-skilling, re-skilling, dan re-training akan semakin besar agar kompetensi generasi senior tetap produktif, adaptif dan kompatibel.
Tantangan terakhir adalah transisi otonomi daerah. Dengan memberikan otonomi secara proporsioal akan menyehatkan ekosistem. Daerah yang semakin otonom, satuan pendidikan vokasi yang semakin otonom, satuan kerja dan unit – unit kerja yang otonom akan membuat semuanya menjadi adaptif dan produktif.
“Oleh karena itu, kita perlu menyusun dan menyiapkan jalan baru pendidikan vokasi yang lebih responsif, relevan, inklusif, inovatif dan efektif, untuk menghelat generasi emas 2045.” pungkasnya.
Lutfi Firdaus dari PT Kawasan Industri Terpadu Batang juga memberikan harapannya untuk acara tersebut dan pendidikan vokasi kedepannya.
“Tentunya harapannya bahwa tenaga kerja Indonesia tidak kalah dengan tenaga kerja yang ada diluar dan mereka punya kompetensi sesuai dengan bidang – bidang industri yang ada di Indonesia dan tentunya dengan penyesuaian industri yang semakin maju. Dan tentu vokasi ini sangat dibutuhkan oleh dunia industri.” pungkas Lutfi.
Selain dihadiri oleh Dirjen Pendidikan Vokasi, acara Rembuk Pendidikan Vokasi ini juga dihadiri oleh Uuf Brajawidagda selaku Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri (Mitras DUDI) Ditjen Pendidikan Vokasi Kemendikburistek dan komika Kiky Saputri.
Teks: Muhamad Rifki Saputra
Editor: Abi Rama Wicaksono