Smallest Font Largest Font

Memperjuangkan Kesetaraan Gender, Perjuangan Kartini Dalam Film Kartini

Sumber: www.imdb.com
Sumber: www.imdb.com

Film Kartini (2017) mengisahkan tentang seorang Kartini yang memperjuangkan kesetaraan gender pada masanya. Film ini diambil dari kisah nyata R.A. Kartini pada tahun 1900 M dengan segala pilunya. Kedudukan perempuan sangat memprihatinkan pada saat itu, di mana perempuan tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan tinggi, bahkan seorang ningrat sekalipun. Namun, Kartini tidak menyerah, ia berani mendobrak tradisi dan membuktikan bahwa perempuan setara haknya dengan laki-laki. Kartini sosok yang cantik, rendah hati, dan pantang menyerah untuk mencapai tujuannnya.

Awal kisah Kartini yang harus dipaksa berpisah kamar dengan Ibunya disebabkan perbedaan status. Kartini tumbuh dengan harus melihat Ibunya menjadi pembantu di rumahnya sendiri karena Ibunya tidak memiliki darah ningrat. Kartini tumbuh menjadi remaja, membuatnya harus dipingit (berdiam diri di rumah menunggu lamaran), mempelajari tata krama dan tradisi yang sudah turun temurun. Seperti perempuan pada masanya, Kartini berdiam diri di rumah menunggu pinangan dari seorang lelaki. Namun, kakaknya R.M Kartono memberikannya hadiah berupa kunci lemari yang berisi kumpulan buku dengan berbagai ilmu yang bermanfaat untuk dipelajari Kartini.

Suatu hari, dua adiknya dipenjarakan di kamar Kartini untuk dipingit, yakni Kardinah dan Roekmini. Awalnya mereka terpaksa untuk dipingit. Namun, pada akhirnya mereka bekerja sama untuk mendobrak tradisi. Kartini memberikan buku-buku pemberian kakaknya untuk dipelajari adik-adiknya. Kartini juga tekun menulis hingga karya-karyanya banyak mendapat dukungan dan apresiasi hingga di-publish. Meskipun tulisannya sudah diterbitkan, Kartini tetap meminta untuk diajari kepenulisan lebih dalam.

Baca juga: Sisi Kelam Kehidupan Ibu Kota dalam “Jakarta vs Everybody”

Beranjak dewasa, Kartini hendak dipinang oleh Bupati Joyodiningrat. Namun, ia menolak menjadi seorang istri dan ingin tetap belajar dan memperjuangkan hak kaum perempuan. Hal ini dimusyawarahkan dan membuahkan hasil jika Kartini hendak dipinang terdapat dua syarat yang diajukan, yakni Joyodiningrat harus menyetujui gagasan-gagasan dan cita-cita Kartini tentang kemajuan kaum perempuan dan Joyodiningrat harus menyetujui Kartini untuk mendirikan sekolah bagi perempuan. Tanpa keberatan, Joyodiningrat menerima persyaratan ini, tetapi Kartini masih berat dengan keputusan ini. Setelah menikah, Kartini berhasil mendirikan sekolah bagi perempuan dengan dukungan suaminya di Rembang.

Film ini dapat menjadi pengingat bagi kita betapa pentingnya pendidikan bagi tonggak utama kemajuan bangsa. Kartini menjadi inspirasi para perempuan dan dikenal dengan sebutan “Pahlawan Emansipasi Wanita” perjuangannya sangat berpengaruh bagi perempuan dalam memperjuangkan hak-haknya di negeri ini.

Judul Film                   : Kartini (2017)

Sutradara                     : Hanung Bramantyo

Produser                      : Robert Ronny

Skenario dan Cerita  : Bagus Bramanti, Hanung Bramantyo

Editor                           : Wawan Idati Wibowo

Pemeran                     : Dian Sastrowardoyo   (R.A. Kartini)

Ayushita Nugraha       (R.A. Kardinah)

Acha Septriasa            (R.A. Roekmini)

Deddy Sutomo            (R.M. Sosroningrat)

Christine Hakim          (Yu Ngasirah)

Djenar Maesa Ayu      (R.A. Moeryam)

Denny Sumargo          (R.M. Slamet)

Adinia Wirasti            (R.A. Soelastri)

Reza Rahardian           (R.M. Kartono)

Dwi Sasono                (R.M. Joyodiningrat)

Nova Erisa                  (Ngasirah Muda)

dll.

Durasi Film                  : 117 Menit

Tanggal Rilis                : 21 April 2017

Teks: Meylia Putri Irawati

Editor: Nurlaeli Aida

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts