Jakarta – majalahketik.com Mahasiswa bisa memiliki semangat untuk melakukan pergerakan untuk awal mula kebangkitan nasional, terbukti saat peristiwa 98 inisiator pergerakan perlawanannya adalah mahasiswa. Pernyataan itu disampaikan oleh Kepala Departmen Sosial Politik Badan Eksekutif Mahasiswa Politeknik Negeri Media kreatif (BEM Polimedia), Ridho Cahyo Rizqula. Menurut Ridho, masih banyak mahasiswa yang masih kurang kesadarannya tentang apa yang terjadi di masa lampau, khususnya saat peristiwa 98, pada masa itu mahasiswa dapat melakukan pergerakan yang sangat masif untuk melakukan perlawanan. Ridho mengungkapkan bahwa hal ini menjadi tugas dari departemen sosial politik untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa.
“Ini yang menjadi tugas kita memberikan pemahaman ke mahasiswa, bahwa pada masa itu kita punya rekam jejak yang panjang sebagai mahasiswa,” ungkap Ridho.
BEM Polimedia memperingati dan menyuarakan isu-isu sosial politik melalui beberapa program kerja, salah satunya adalah Panggung Bebas Berekspresi (PBB), yang mengingatkan kembali tentang kebangkitan nasional khususnya Mei ‘98. Menurut Ridho, mengenang isu ‘98 ini penting di kalangan mahasiswa karena peristiwa ini mengingatkan kembali para mahasiswa yang memiliki semangat dan tujuan yang sama maka mahasiswa dapat memperbaiki masa depan bangsa.
“Kita harus lebih peduli terhadap apa yang sedang terjadi di negara kita, supaya nanti kita bisa melakukan pergerakan untuk memperbaikinya,” jelas Ridho.
Menurut Ridho, mahasiswa harus lebih peduli dan lebih paham terhadap dampak dari tragedi ‘98, mahasiswa harus bisa menilai dampak positif dan negatif terhadap isu-isu sosial politik yang terjadi, tidak hanya ‘98 saja. Menurutnya, mahasiswa harus lebih memperhatikan isu-isu yang terjadi disekitar, tidak hanya negara tapi juga isu-isu yang terjadi di kampus.
“kita sudah menjadi mahasiswa, harus lebih berpikir kritis lagi, harus lebih peduli terhadap apa yang terjadi di negara dan kampus kita juga,” ungkap Ridho.
Reformasi 98 menjadi tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Gelombang demonstrasi mahasiswa mengguncang Orde Baru yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade. Mahasiswa dari berbagai Universitas turun ke jalan, menolak KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme),menuntut keadilan, serta mendesak pengunduran diri Presiden Soeharto. Tuntutan itu akhirnya dikabulkan pada 21 Mei 1998, tetapi perjuangan untuk mewujudkan cita-cita reformasi masih jauh dari selesai.
Ridho mengungkapkan harapannya bagi mahasiswa untuk lebih sadar dan lebih peduli terhadap isu sosial politik yang ada, rekam jejak mahasiswa di masa lalu yang bergerak dengan gerilya.
“Kita harus lebih sadar lagi kalau kita punya power yang besar sebagai mahasiswa, dan kita harus lebih menyuarakan suara dan pendapat-pendapat kita,” tutup Ridho.
Reporter: Hanum Ayu Lestari
Editor: Syafa Ainun Laita