Semua orang memiliki pandangannya masing-masing mengenai kebenaran. Secara umum, kebenaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu kebenaran mutlak dan kebenaran relatif.
Dari cara memersepsikannya, jelas bahwa manusia termasuk ke dalam “kebenaran relatif”. Mengapa begitu? Sebab setiap kebenaran yang dihasilkan oleh manusia merupakan kebenaran yang dapat berubah berdasarkan fungsi waktu serta mempunyai sudut pandang yang berbeda-beda. Jadi, besar kemungkinan bahwa kebenaran dapat terbantahkan seiring berjalannya waktu.
Sementara “kebenaran mutlak” merupakan kebenaran apa adanya yang tidak melibatkan persepsi dari pengamatnya. Lalu, bagaimana jadinya bila ada seseorang yang berhasil mengaplikasikan kebenaran tersebut ke kehidupan sehari-hari juga orang-orang di sekitarnya?
Itulah konsep yang diangkat pada novel misteri karya Akiyoshi Rikako yang satu ini. Novel ini berpusat tentang Takaki Noriko, seorang role-model sekolah yang tak hanya cakap dalam akademis, ia juga berpegang teguh pada kebenaran sehingga membuatnya disukai banyak orang.
Kazuki, Yumiko, Riho, dan Reika merupakan orang-orang yang pertama kali dekat dengan Noriko. Masing-masing dari mereka juga pernah mendapatkan bantuan besar darinya. Baik keempat gadis itu maupun yang lainnya sangat menyukai Noriko si pahlawan kebenaran.
Akan tetapi, perlahan mereka menyadari bahwa ada yang salah dengan gadis itu. Noriko bertingkah seperti ”monster” yang enggan peduli pada apa pun kecuali kebenaran yang ia Tuhan-kan.
“Seharusnya monster itu sudah mati ….”
Baca Juga : Mendobrak Stigma di Masyarakat Bersama Webtoon Make-up Man
Mengenal Lebih Dekat dengan Si Monster Kebenaran
“Memangnya aku butuh alasan untuk melakukan hal yang benar?” tanya Noriko.
Tentu saja tidak butuh. Jika saja yang bertanya bukan gadis itu, pertanyaan tersebut pasti dapat dijawab dengan lantang oleh para pembaca. Namun, lain cerita kalau sudah menyangkut si monster kebenaran.
Aneh rasanya jika mengatakan dengan lantang bahwa melakukan hal benartidak butuh alasan kepada orang yang mengadili gelandangan karena tidur di rumah tak berpenghuni pada musim dingi serta melaporkan bocah miskin yang mencuri roti karena kelaparan ke polisi seperti Noriko.
Begitulah Absolute Justice. Melalui kisah Takaki Noriko dan keempat sahabatnya yang membuat emosi meledak-ledak. Novel ini berhasil mengangkat soal sudut pandang seseorang mengenai kebenaran dengan apik dan emosional. Akiyoshi Rikako sukses menyampaikan kepada pembaca bahwa kebenaran tidak selalu baik dan baik belum tentu selalu benar.
Benar bahwa kebenaran adalah sesuatu yang mutlak diprioritaskan, tetapi dengan mengesampingkan kemanusiaan dan rasa peduli hal itu bisa saja berubah mencekik atau mungkin malah membunuh orang lain.
Nyebelin Adalah Ciri Khas Novel Ini
Siapa pun yang sudah membaca novel ini pasti setuju dengan kalimat di atas. Entah setuju karena karakter Noriko yang keterlaluan nyebelinnya atau karena merasa tersindir dengan beberapa kebenaran yang tanpa sadar sering diremehkan dalam kehidupan sehari-hari.
Latar belakang semua tokoh dibangun cukup baik dan realistis. Hanya saja, kehidupan Takaki Noriko, si bintang utama, tidak terlalu diceritakan secara jelas sehingga meninggalkan sedikit kejanggalan ketika menautkan kisah para tokoh di novel ini. Mungkin memang itu tujuan Akiyoshi Rikako agar menjaga kesan misterius sosok Takaki Noriko itu sendiri.
Terakhir, novel ini juga mengandung banyak istilah dan budaya Jepang yang dapat menambah pengetahuanmu seputar Negeri Sakura. Selain itu, walaupun bikin emosi meledak-ledak, novel ini termasuk ringan dan mudah untuk dihabiskan dalam sekali duduk, lho.
Bagaimana? Apakah Sobat Ketik sudah mulai tertarik membaca Absolute Justice? Kalau Sobat Ketik ingin membaca, jangan lupa selesaikan tugas terlebih dahulu, ya!
Rating : 4,24 (goodreads)
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerjemah : Nurul Maulidia
Penerbit : Haru
Terbit : Mei 2018
Genre : Misteri, Psikologi
Jumlah halaman : 268 halaman
Asal : Jepang
Penulis : Hania Latifa
Editor: Jesica Syaputri